Ops....

Selasa, 07 September 2010

Juragan Sampah

Pengusaha
Adalah seseorang yang melakukan transaksi atas keputusan sendiri
Dan dia tidak diperintahkan tapi seringkali memerintahkan, dan memikirkan serta menjalankan
Dan bagaimana dengan sampah kita bisa menjadi pengusaha dan kaya raya
Baca selengkapnya disini


LAPORAN UTAMA

Bahaya Laten Sampah, Siapa Peduli?
Masyarakat adalah korban korporasi. Akibatnya, masyarakat bukan hanya menjadi produsen sampah namun juga tidak mampu mengelola dan mendayagunakan sampah. Padahal, sampah dapat menjadi lahan bisnis yang menguntungkan sekaligus dapat mengatasi problem sampah yang makin genting.

Problem sampah saat ini sudah demikian gawat. Masalah sampah tidak berbeda dengan problem kemiskinan dan pengangguran yang membutuhkan perhatian dan penanganan serius. Problematika sampah ibarat pedang bermata dua, apabila tidak dikelola dan diolah dengan baik dapat menjadi bencana. Namun jika mampu dikelola dan diolah secara baik, justru dapat memberikan manfaat dan keuntungan secara komersial.
Data dari Kantor Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menyebutkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan setiap kota di Indonesia rata-rata mencapai 200 ton setiap harinya. Ini baru rata-rata secara global. Fakta di lapangan memperlihatkan data yang lebih mencengangkan. Kota Yogyakarta, dengan jumlah penduduk sekitar 500 ribu jiwa dari 14 kecamatan memproduksi sampah setiap harinya tak kurang dari 300 ton. Sedangkan DKI Jakarta dengan jumlah penduduk yang jauh lebih besar, rata-rata setiap harinya menghasilkan sampah sekitar 6.000 hingga 7.000 ton.
Ini tentu fakta yang sangat mencengangkan. Bayangkan kalau satu hari saja jumlah sampah yang dihasilkan suatu daerah rata-rata sebesar 200 ton, maka dalam satu bulan terkumpul tak kurang dari 6.000 ton sampah. Sehingga dalam 1 tahun menumpuk sampah sebanyak 70.000 ton. Lantas bagaimana kemampuan dalam mengolah tumpukan sampah tersebut?

Sampah Bisnis vs Bisnis Sampah
Pengaruh ekonomi global yang makin mencengkeram telah mendorong perubahan revolutif dalam seluruh sendi kehidupan. Pengaruh dominasi kapitalisme dalam ekonomi global juga telah mengkondisikan persaingan bisnis menjadi demikian ketat. Setiap perusahaan didorong untuk menciptakan strategi produksi dan pemasaran yang makin efektif agar mampu bersaing.
Salah satu cara untuk memenangkan persaingan adalah melalui iklan. Iklan sebagai salah satu saluran komunikasi produsen dan konsumen, menjadi media pertarungan antar perusahaan dalam memenangkan pasar sekaligus memperkokoh eksistensinya sebagai pemimpin pasar.
Kondisi ini pula yang mendorong  setiap perusahaan menciptakan kreasi baru dalam menghasilkan produk-produk unggulannya.  Bukan hanya menyangkut isi produk melainkan juga pada kemasannya. Apalagi tidak ada perusahaan yang ingin rugi dalam bisnisnya, sementara rentang waktu distribusi dari produsen ke konsumen semakin lebar dan lama. Sehingga berbagai strategi pun dilakukan untuk memenuhi tuntutan pasar tersebut.

Cling of  Uwuh
Tak jarang pelaku usaha yang bingung dalam mencari ide untuk membuat sebuah produk bisnis. Kebanyakan malah cenderung idealis dengan mencari ide-ide besar. Padahal di sekitar kita tersedia berbagai ide dan bahan untuk membuat berbagai macam produk bisnis. Termasuk sampah-sampah yang berserakan dan dianggap tak bernilai, justru merupakan bahan murah namun dapat dijadikan barang atau produk bisnis yang eksklusif dan mahal.
Seperti yang dilakukan Lestari (Lembaga Studi Tata Mandiri) Yogyakarta.  Berawal dari keprihatinan terhadap makin menumpuknya problem sampah, Lestari mengajak ibu-ibu rumah tangga di kawasan Yogyakarta dan Bantul untuk mengelola sekaligus mengolah sampah yang ada. Hingga kini terkoordinir tak kurang dari 20 kelompok. Masing-masing kelompok mewakili wilayah di suatu Rukun Warga. Maka kalau dijumlah ratusan ibu-ibu rumah tangga bergabung dalam kegiatan ini.
Kenapa memilih ibu-ibu rumah tangga sebagai sasaran kelompok ini? Menurut Agus Hartono, Direktur Lestari, karena sebagian besar sampah kota berasal dari rumahtangga. Dan yang lebih mengetahui tentang kegiatan didalam suatu rumahtangga adalah ibu-ibu. Jadilah ibu-ibu sebagai sasaran utama. “Dalam prakteknya, ibu-ibu yang lebih mengetahui kebutuhan rumahtangga sekaligus lebih mudah diajak dalam advokasi lingkungan dibandingkan bapak-bapak,” katanya dalam perbincangan dengan PM di kediamannya yang asri di kawasan Kotagede, Yogyakarta.

Berkreasi dengan Kertas Seni
Kertas daur ulang atau yang juga dikenal dengan sebutan kertas seni mulai populer pada dekade 80-an. Dengan menerapkan teknik pembuatannya yang sama seperti teknik membuat kertas pabrikasi, sebagian masyarakat mulai mencoba membuat kertas daur ulang secara manual atau buatan tangan. Dari sini kemudian timbul beragam nama untuk penyebutan kertas hasil buatan tangan, seperti kertas daur ulang (recycle paper), kertas buatan tangan (handmade paper), serta kertas seni (art paper) karena fungsinya sebagai sampul atau pelapis produk seni, seperti asesoris atau cinderamata.
Setelah masyarakat melihat adanya peluang bisnis yang cukup prospektif, maka pada dekade 90-an kertas daur ulang mulai diproduksi secara komersial. Di Yogyakarta, beberapa kelompok seniman memproduksi kertas daur ulang untuk kepentingan proses kreatifnya, seperti dalam pembuatan lukisan ataupun eksperimental art lainnya. Sementara di berbagai kota lainnya muncul kelompok usaha yang memproduksi kertas daur ulang untuk pembuatan produk-produk cinderamata secara komersial. Sejak saat itu, kertas daur ulang mulai dilirik sebagai sebuah peluang bisnis yang sangat menarik.
Kini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kertas daur ulang, khususnya pesanan dari para eksportir maupun buyer luar negeri, para produsen mulai mencari alternatif lain dalam memproduksi kertas daur ulang secara massal. Tentunya tanpa meninggalkan kualitas dan ciri khasnya sebagai kertas seni. Teknologi baru pembuatan kertas daur ulang, seperti penggunaan mesin, sudah mulai diperkenalkan. Kenyataan ini bukan mustahil akan mendorong bisnis pembuatan kertas daur ulang menjadi usaha komersial yang tidak lagi berskala kecil atau home industry.
Lantas bagaimana tahap atau teknik pembuatan kertas daur ulang, selengkapnya baca di Majalah Pengusaha Muslim Edisi Juli 2010.

UD Sregep, Dari Sampah Kertas Hidupi 70 Karyawan
Selasa pagi, di sebuah rumah yang cukup besar dan asri di kawasan Karanglo, Sleman, Yogyakarta, PM diterima Joko Santosa, pimpinan dan pemilik UD Sregep. Rumah yang sekaligus dijadikan sebagai gudang inilah UD Sregep menjalankan aktifitas bisnisnya, yaitu mengumpulkan dan mengelola sampah-sampah kertas.
Ya, UD Sregep merupakan pelaku bisnis yang khusus menangani sampah-sampah kertas. Bahkan di Yogyakarta, nama UD Sregep sudah sangat dikenal sebagai ‘pemburu’ kertas bekas. Selain kalangan rumah tangga, hampir semua perkantoran instansi pemerintah maupun swasta selalu menjadi langganan UD Sregep dalam membuang sampah-sampah kertasnya.
Meskipun sekedar mengelola dan mengumpulkan sampah kertas, Anda mungkin tak akan menyangka bila omsetnya telah mencapai 20 ton per hari. Bila sampah kertas dihargai sekitar Rp 1.000 hingga Rp 1.200 per kg, maka omsetnya mencapai Rp 20 juta per hari. Maka tak heran bila bisnis yang telah dijalankan sejak tahun 1993 ini telah memberikan banyak hal, di antaranya rumah besar yang dijadikannya sebagai gudang, armada truk, serta 70 karyawan yang kini bernaung di dalamnya.

Pandangan Syariah dalam Pengelolaan Sampah
Islam merupakan agama yang bersifat komprehensif dan universal. Komprehensif berarti syariat Islam merangkum seluruh aspek kehidupan baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah), dan universal yang bermakna dapat diterapkan pada setiap waktu dan tempat sampai terjadinya hari kiamat.
Di antara bukti bahwa ajaran Islam itu komprehensif (sempurna) adalah sebagaimana ditunjukkan oleh hadits berikut ini:
Dari sahabat Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah pergi meninggalkan kami (wafat), dan tidaklah seekor burung yang terbang membalik-balikkan kedua sayapnya di udara melainkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan ilmunya kepada kami.” Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Tidaklah tertinggal sesuatu pun yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan semuanya kepada kalian.” [HR. Ahmad (IV/126-127), Abu Dawud (no. 4607), at-Tirmidzi (no. 2676), dari Shahabat al-'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albany dalam Irwa-ul Ghaliil, no. 2455]
Bagaimana pandangan syariat Islam terhadap pengelolaan sampah? silakan simak Majalah Pengusaha Muslim Edisi Juli 2010.

Haji Parjimo, Meraup Rezeki Dari Jamur Ling Zhi
Tak banyak orang yang melirik budidaya jamur sebagai salah satu peluang usaha yang menguntungkan.  Masyarakat umumnya  menganggap sepele keberadaan jamur atau cendawan ini sebagai tumbuhan berspora, tidak berkhlorofil, dan tidak memiliki nilai gizi jika dikonsumsi.
Padahal, selain dapat  dikonsumsi  sebagai makanan nabati bergizi tinggi, sejak 300 tahun lalu, jamur sudah digunakan masyarakat China sebagai obat. Bagi penderita darah tinggi, tanaman ini cocok dikonsumsi untuk mengurangi kadar kolesterol dan menghindari stroke.
Nah, Haji Parjimo, asal Desa Kudu, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo menyadari nilai ekonomis dari jamur ini dan menangkap peluang bisnisnya. Apalagi masyarakat belum banyak yang mengetahui manfaat Jamur Ling Zhi. Ia pun mencoba membudidayakan Jamur Ling Zhi (Ganoderma Lucidum).

Dari Enceng Gondok Menjadi Eksportir
Siapa sangka jika tanaman enceng gondok (Eichhornia crassipes) yang dikenal sebagai gulma air maupun tanaman pengganggu, ternyata bisa mendatangkan keuntungan. Bahkan dari tanaman tersebut, bisa  dibuat aneka produk kerajinan berkelas dengan harga relatif mahal. Tak heran jika banyak orang ramai-ramai berbisnis dengan media enceng gondok, sebagai pemasok bahan baku maupun perajin yang memanfaatkan bahan baku enceng gondok sebagai komoditi utama produksinya.
Enceng gondok dikenal sebagai tanaman yang cepat tumbuh.  Anda dapat menjumpai tanaman ini tumbuh subur di Telaga Rawa Pening, Ambarawa, Kabupaten Semarang. Tak salah jika Telaga Rawa Pening ini identik dengan enceng gondok, sekaligus sebagai pemasok utama enceng gondok untuk perajin di wilayah Jawa Tengah maupun Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).  Banyak penduduk  di sekitar Rawa Pening yang berbisnis enceng gondok. Salah satunya adalah  Kadarini Zunur Aini. Wanita kelahiran 29 Desember 1969 ini, merintis usahanya sejak 1998.
Sebelum terjun menjadi perajin enceng gondok, dia adalah pedagang enceng gondok. Setiap hari mengumpulkan enceng gondok yang diambilnya dari Telaga Rawa Pening. Setelah terkumpul banyak enceng gondok tersebut dijemur hingga kering kemudian dijual.
10 Tahun “Waroeng Steak” Hajikan Karyawan
Makanan steak umumnya dikenal sebagai makanan mewah dengan harga yang lumayan mahal. Umumnya pula makanan jenis ini hanya dijual di hotel-hotel ataupun restoran.  Karena itu wajar pula ketika Waroeng Steak buka untuk pertama kalinya pada tahun 2000, belum banyak konsumen yang tertarik. Lebih-lebih mahasiswa yang menjadi target pasar bisnis ini.
“Tahun pertama usaha kami merupakan masa-masa yang sangat berat. Tidak mudah meyakinkan konsumen, terutama mahasiswa bahwa steak yang kami sajikan bukan saja rasanya yang lezat namun harganya sangat terjangkau,” tutur Jodi Brotosuseno, pemilik Waroeng Steak Yogyakarta dalam perbincangan dengan PM di kantornya kawasan Timoho Yogyakarta.
Didukung oleh 2 orang karyawannya, Jodi berperan ganda, selain menjadi koki juga merangkap menangani pekerjaan lainnya yang diperlukan alias serabutan. Sedangkan istrinya, Siti Haryani, bertindak sebagai kasir merangkap melayani konsumen yang datang. Berbagai hambatan dan tantangan dalam menjalankan bisnis makanan ini pun dilaluinya dengan sabar dan tabah.

Bisnis Wulung yang Tetap Untung
Dewasa ini bisnis yang mempergunakan teknologi dan selalu mengikuti perkembangan zaman akan  nampak lebih bisa bertahan lama. Bisa jadi karena bisnis semacam itu mampu mengikat konsumen, terutama dari segi kepraktisan dan kemudahan. Walau demikian tidaklah serta merta dapat menggusur habis pesaing usaha  berbasis tradisional. Contoh nyata terlihat  pada usaha bertajuk Wulung, milik  Mukhayat, warga  asli Kalijambe, Magelang.
Usaha yang  10 bulan terakhir  berlokasi di jalan Gajah Mada, Purworejo itu bergerak dalam bidang produksi aneka perabot rumah tangga seperti meja, kursi, almari termasuk juga gazebo memakai  bahan dasar  batang-batang pohon bambu  dan peralatan kerja manual. Tentu kondisi Wulung ini sangat kontras  bila disandingkan  dengan usaha sejenis yang banyak  bertebaran di kota ukir Jepara  maupun usaha furniture  pada umumnya di kota-kota besar. Namun jangan salah , diam-diam   selain memenuhi permintaan pasar di sekitarnya, Wulung cukup sering menerima order dari  turis manca  antara lain Jepang , Jerman, Inggris  dan Kanada. Lalu apa rahasianya?

Waralaba Cetroo Coffee Lattee: Keunggulan Cita Rasa
Perkembangan jenis usaha waralaba di Indonesia belakangan makin pesat. Dilihat dari jenis usahanya, kelompok makanan dan minuman menempati jumlah terbanyak bisnis waralaba ini. Dari jenis makanan daerah seperti keripik hingga yang berbau luar negeri, bertaburan menawarkan konsep business opportunity melalui franchise atau waralaba, termasuk seperti yang dilakukan Cetroo Coffee.
Cetroo Coffee Latte, merupakan bisnis minuman kopi dan teh yang mempunyai cita rasa yang khas. Usaha waralaba yang berada dibawah naungan PT Indotrans Group ini sudah terbukti dan teruji. Kini,  melalui konsep business opportunity, mereka bermaksud mengembangkan sayapnya ke seluruh penjuru tanah air.
Penikmat kopi di Indonesia umumnya merupakan konsumen fanatik. Artinya, ketika mereka sudah mendapatkan suatu rasa yang nikmat dan cocok, akan sulit untuk berpindah produk atau jenis. Karena itu, minuman kopi merupakan bisnis yang tidak mudah. Kemungkinan risiko gagalnya cukup besar. Namun kalau berhasil, mereka akan menjadi konsumen yang loyal.

KONSULTASI SYARIAH
Hukum Jual Rugi
Pertanyaan
Mohon info apa hukumnya jual rugi, maksud saya jika saya punya barang stok lama kemudian karena belum laku-laku maka saya jual di bawah harga yang saya ambil (beli) semata-mata agar saya bisa mendapatkan uang tunai untuk ambil barang terbaru. Atau mungkin, karena sudah terlalu lamanya barang stok tersebut sehingga saya lupa berapa harganya waktu kita ambil dulu, lalu saya jual dengan harga ikut harga sekarang (padahal seingat saya harga waktu saya beli lebih mahal daripada saat saya jual sekarang)
Wassalam
Deny di Malang
Bagaimana jawabannya? Lihat di Majalah Pengusaha Muslim Edisi Juli 2010

Sebab-Sebab Dilarangnya Jual Beli
Pada edisi yang lalu, kita telah membahas rukun dan syarat-syarat sahnya jual beli, maka pada edisi kali ini kita akan menyebutkan sebab-sebab dilarangnya transaksi jual beli atau bisnis beserta contoh-contohnya. Dengan harapan agar kaum muslimin mengetahuinya dan kemudian menjauhinya. Sehingga dalam melakukan jual beli, seorang muslim diharapkan bisa memperoleh penghasilan yang halal dan berkah serta bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan orang lain di dunia dan akhirat.
Para ulama fikih telah menyebutkan beberapa sebab dilarangnya jual beli dalam hal-hal berikut ini: Selengkapnya baca di Majalah Pengusaha Muslim Edisi Juli 2010

3 Kesalahan Pebisnis Dalam Mengelola Keuangan Usaha
Saat ini kita ketahui bersama  kalau sektor usaha kecil  menjadi gerbang lokomotif perekonomian bangsa, karena terbukti banyak menampung tenaga kerja dan membuat ekonomi kita bertumbuh. Meskipun demikian sektor ini dalam perkembangannya masih menghadapi kendala terutama dari segi keuangan,  yaitu permodalan dan pengelolaan keuangan yang belum tertib. Dua hal ini cukup penting karena kalau tidak teratasi maka usaha terancam gulung tikar. Keuangan tidak bisa diabaikan karena ibarat darah dalam tubuh manusia  sangat menentukan kelangsungan hidup suatu usaha. Bila salah dalam mengelola keuangan usaha  bukan tidak mungkin perkembangan usaha pun terganggu. Apalagi bila  ingin perusahaan Anda bisa bersaing dengan perusahaan yang besar dan berskala global. Kesalahan apa saja yang umumnya dilakukan oleh para pengusaha kecil dalam mengelola keuangan?

FIKIH MUAMALAH

Metode Kajian Fiqih Kontemporer
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada umatnya segala sesuatu, sampai pun tatacara buang air kecil dan besar. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi siapa pun untuk merekayasa suatu metode atau ajaran dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, atau memakmurkan bumi yang kita huni ini. Sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah meninggalkan kami, dan tidaklah ada seekor burung pun yang mengepakkan sayapnya di udara, melainkan beliau telah mengajarkan ilmu tentangnya kepada kami. Selanjutnya Abu Dzar berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah tersisa sesuatu pun yang dapat mendekatkanmu ke surga dan menjauhkanmu dari neraka, melainkan telah dijelaskan kepadamu.” (HR At Thobrony, dihasankan oleh Syaikh Al Albany).
Fakta ilmiah ini berlaku dalam segala aspek kehidupan umat manusia, tanpa terkecuali berbagai permasalahan kontemporer yang ada di masyarakat. Untuk sedikit memberikan gambaran tentang relevansi syari’at Islam dalam berbagai masalah kontemporer, saya mengajak pembaca untuk sedikit menelaah metodologi ulama’ ahli ijtihad dalam melakukan studi kasus terhadap berbagai masalah kontemporer tersebut.
Metode Kajian Fiqih Kontemporer selengkapnya dapat dibaca di Majalah Pengusaha Muslim Edisi Juli 2010

Strategi Menyiasati Pasar yang Sama
Ada semacam keyakinan di kalangan industri yang menyatakan bahwa produk yang baik akan menjual dirinya sendiri. Artinya, perusahaan tidak perlu melakukan promosi untuk memasarkan produknya asal produk itu berkualitas. Pemikiran semacam ini bisa dimaklumi apabila kebutuhan masyarakat yang sangat tinggi atau lebih besar dibandingkan kapasitas atau kemampuan produksi yang bisa dilakukan industri. Filosofi semacam ini pula yang menggejala secara umum di Amerika Serikat jauh sebelum perang dunia kedua pada saat pertumbuhan industri di AS mulai terjadi.
Namun dalam perkembangannya, ketika penawaran melebihi jumlah permintaan maka terjadi over produksi. Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan melebihi jumlah yang bisa diserap oleh pasar. Pada kondisi ini maka perusahaan harus mengubah orientasi dan perhatiannya dari produksi kepada pemasaran. Oleh karena itu berbagai aspek dalam bauran pemasaran atau marketing mix yang meliputi produk, harga, promosi dan distribusi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau konsumen.
Berangkat dari pemikiran semacam ini, maka pilihan terhadap jenis produk yang akan diusahakan untuk memulai sebuah bisnis bukanlah prioritas. Untuk memulai sebuah usaha baru, anda tidak perlu berangkat dari pikiran dan ide subyektif anda sendiri tentang produk yang hendak anda jual. Anda juga tidak perlu menjadi inovator yang ’sok idealis’ bahwa produk yang akan anda buat atau jual adalah produk istimewa.

Strategi SEO Off Pages dan On Pages untuk Optimal di Search Engine
SEO saat ini menjadi tumpuan perusahaan dan pengusaha  untuk peningkatan aspek promosi, branding online dan awareness produk, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Semua ini karena ada peningkatan dalam pengguna internet, termasuk di Indonesia yang sudah mencapai 30 juta pengguna. Namun bagi kebanyakan orang,  SEO belum memiliki arti  bahkan ada yang belum memahaminya, namun bagi pebisnis yang sudah menggantungkan penerapan marketingnya secara online, SEO menjadi tumpuan penting untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui web-web yang diciptakan dengan stuktur yang Search Engine Friendly (SEF).
Banyak web bisnis  yang mengedepankan aspek glamor, animasi  dan minim dalam teks.  Itu merupakan hal yang wajar, namun jika untuk  kepentingan SEO jelas kontra-produktif. Nah, dari sanalah banyak muncul konsultan SEO untuk mengkondisikan agar web tidak saja menjadi properti online menarik namun  juga bersifat  strategic tool dalam marketing perusahaan. Lalu bisakah tanpa konsultan SEO web bisnis menjadi lebih efektif untuk mendongkrak penjualan dan transaksi bisnis? Simak pembahasannya di Majalah Pengusaha Muslim Edisi Juli 2010.

Iming-iming Hadiah untuk Mendongkrak Penjualan
Suatu hari, keluarga Pak Agus heboh dengan datangnya sebuah surat. Surat dengan kop nama suatu perusahaan elektronik itu memberitahukan kalau Pak Agus mendapatkan hadiah sebuah lemari es. Pada surat disebutkan bahwa hadiah tersebut merupakan hadiah langsung dan tanpa diundi. Hadiah dapat diambil di sebuah toko elektronik dengan membawa surat dimaksud disertai dengan kartu identitas diri.
Dengan langkah mantap, disertai istri dan anaknya, pak Agus pun segera mendatangi toko tersebut dengan maksud untuk mengambil hadiah. Namun alangkah kecewanya Pak Agus setelah mengetahui bahwa hadiah tersebut baru bisa dimiliki bila Pak Agus membeli terlebih dahulu produk elektronik senilai Rp 2 juta, apapun jenisnya.
Apa yang terjadi dengan Pak Agus ternyata juga dialami sejumlah konsumen lainnya. Pada saat yang bersamaan, beberapa orang juga memperlihatkan kekecewaannya dengan model promosi yang dilakukan perusahaan elektronik tersebut. Hadiah yang disediakan juga bermacam-macam. Selain lemari es, ada juga yang mendapatkan hadiah kipas angin, dispenser, video player, dan sebagainya. Meskipun demikian, ada juga konsumen yang ‘terpaksa’ bersedia membeli produk elektronik guna memperoleh hadiah yang dimaksud.
Selanjutnya, silakan simak di Majalah Pengusaha Muslim Edisi Juli 2010.

Diambil dari majalah
http://majalah.pengusahamuslim.com/2010/07/07/edisi-juli-2010-menjadi-jutawan-dari-sampah-dan-barang-bekas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar